Sabtu, 17 Desember 2011

apendisitis

Laporan pendahuluan APPENDIKSITIS A. Definisi Appendiksitis adalah inflamasi appendik vermiformin yang disebabkan oleh obstruksi akibat infeksi, struktur, masa fecal benda asing atau tumor. ( Sandra M. Nettino, 2002 ) Appendiksitis adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya Kira-kira 10 cm ( 4 inci ) melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. ( Brunner and Suddart, 2002 ) Appendiksitis adalah Madang lumbai cacing usus buntu. ( Dr. Mel ahmad ramal, 2003 ) Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa appendiksitis adalah obstruksi lumen oleh vekalit benda-benda asing parasit atau infeksi usus sehingga mengakibatkan pembengkakan limphosit. B. Patofisiologi 1. etiologi appendiksterinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlibat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit ( massa keras dari feses ), tumor, atau benda asing. 2. manifestasi klinis nyeri cuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan local pada titik MC.Burney. bila dilakukan tekanan nyeri, tekan lepas ( hasil atau indentifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan ) mungkin dijumpai derajat nyeri tekan, spasma otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi. Bila appendik melingkar didaerah sekum. Nyeri tekan dapat terasa didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rektal. Nyeri saat berkemih menunjukkan bahwa ujung appendik berada dekat dengan Bandung kemih atau ureter. 3. proses penyakit Hiperplasia folikel limposid, fekalit, feses dan benda asing masuk kedalam appendiks sehingga menyebabkan obstruksi mucus mucosa mengalami bendungan atau sumbatan sehingga terjadi konstipasi, dan tekanan intra lumen meningkat sehingga aliran limfe mengalami hambatan, mengalami pembengkakan, diapedisis bakteri dan ulserasi akibat hambatan limfe ini sehingga menimbulkan appendiksitis. 4. komplikasi komplikasi utama appendik adalah perporasi appendik yang dapat berkembang menjadi peritonitis/abses, insidens perporasi adalah 10 % sampai 32 % inciden lebih sering pada anak kecil dan lansia perporasi secara umum terjadi 24 jam estela awitan nyeri, gejala mencakup demam dengan suhu 37,7  C atau dengan suhu tinggi dan nyeri tekan abdomen yang kontinue. C. Penatalaksanaan 1) Medis Pembedahan di indikasikan bila diagnosa appendiksitis telah ditegakkan. 2) Terapi • Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. • Analgesik dapat diberikan estela diagnosa diberikan • Apabila appendik pecah estela tindakan bedah maka diperlukan pemberian antibiotik untuk mengurangi resiko peritonitis dan sepsis. 3) Tes diagnostik • SPP : leukosit di atas 12.000/mm3, neutrofil meningkat sampai 75 %. • Urinalisis : normal terdapat eritrosis, leukosit kemungkinan ada. • Foto abdomen : dapat menyatakan adanya pengeluaran material pada appendiks. ASUHAN KEPERAWATAN APPENDIKSITIS D. Pengkajian 1) Data dasar  Aktivitas/istirahat Gejala : malase  Sirkulasi Tanda : takikardi  Eliminasi Gejala : konstipasi pada awitan awal, diare ( Madang-kadang ) Tanda : distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan. Penurunan atau tak ada bising usus.  Makanan/cairan Gejala : anorexia, mual/muntah  Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat, terlokalisasi pada titik Mc.Burney ( setengah jarak antara umbilikus dan tulang ilium kanan )meningkat. Benjolan, bersin, batuk/napas dalam ( nyeri berhenti tiba-tiba, diduga perporasi atau infark pada appendik ). Tanda : prilaku berhati-hati berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada cuadran bawah karena posisi ekstensi kaki kanan atau posisi duduk tegak. Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.  Keamanan Tanda : demam ( biasanya rendah/Turun )  Pernapasan Tanda : takipneu, pernapasan dangkal. E. Diagnosa keperawatan 1) Resiko tinggi infeksi b/d insisi bedah 2) Resiko tinggi kekurangan cairan b/d pembatasan pascaoperasi ( muntah ) 3) Nyeri b/d adanya insisi bedah 4) Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi F. Perencanaan keperawatan 1) Resiko tinggi infeksi b/d insisi bedah Mandiri  Awasi tanda-tanda vital  Lakukan pencucian tangan yang baik  Lihat insisi dan balutan  Berikan informasi yang tepat, Jujuy pada pasien/keluarga Kolaborasi  Ambil contoh draine bila diindikasikan  Berikan antibiotik sesuai indikasi  Bantu irrigáis dan drainase bila diindikasikan 2) Resiko tinggi kekurangan cairan b/d pembatasan pascaoperasi ( muntah ) Mandiri  Awasi TD dan nadi  Lihat membran mucosa, kaki turgor kulit dan pengisian kapiler  Awasi masukan dan haluaran  Auskultasi bising usus  Berikan sejumlah cairan sedikit  Berikan perawatan mulut sering Kolaborasi  Pertahankan penghisapan usus  Berikan carian IV dan elektrolit 3) Nyeri b/d adanya insisi bedah Mandiri  Kaki nyeri  Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler  Dorong ambulasi dini  Berikan aktivitas hiburan Kolaborasi  Pertahankan puasa  Berikan analgesikl sesuai indikasi  Berikan kantong es pada abdomen 4) Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi Mandiri  Kaki ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi  Dorong aktivitas sesuai toleransi  Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan  Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik  Anjurkan penggunaan laksafif G. Implementasi keperawatan a) Pengertian Implementasi adalah langkah keempat dalam tahapan proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan/tindakan keperawatan yang telah direncanakan ( A.Aziz Alimul Hidayat, 2004 ) b) Tahap pelaksanaan  Uraian persiapan meliputi : 1. Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, criteria yang harus dipenuhi yaitu sesuai dengan rencana tindakan, berdasarkan prinsip ilmiah, ditujukan pada individu sesuai dengan kondisi klien, digunakan untuk menciptakan lingkungan yang teraupetik dan aman, penggunaan sarana dan prasarana yang memadai. 2. Menganalisa pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan. Perawat harus mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan tipe yang diperlukan untuk tindakan keperawatan. Hal ini akan menentukan siapa orang yang terdekat untuk melakukan tindakan. 3. Mengetahui komplikasi atau akibat dari tindakan keperawatan yang dilakukan. Prosedur tindakan keperawatan mungkin berakibat terjadinya resiko tinggi kepada klien. Perawat harus menyadari kemungkinan timbulnya komplikasi sehubungan dengan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan. Keadaan yang demikian ini memungkinkan perawat untuk melakukan pencegahan dan mengurangi resiko yang timbul. 4. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam implementasi. Dalam mempersiapkan tindakan keperawatan, hal-hal yang berhubungan dengan tujuan harus dipertimbangkan yaitu waktu, tenaga dan alat. 5. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Keberhasilan suatu tindakan keperawatan sangan ditentukan oleh perasaan klien yang aman dan nyaman. Lingkungan yang nyaman mencakup componen fisik dan psikologis.  Tindakan keperawatan dibedakan atas : 1. Independen atau mandiri Yaitu statu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. 2. Interdependen atau kolaborasi Yaitu statu kegiatan yang memerlukan statu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya ahli Gizo, fisioterapi, dokter dan sebagainya. c) Pendokumentasian Pada tahap pendokumentasian hal yang harus dicatat hádala tindakan yang telah dilakukan, waktu, tanggal, jam dan paraf perawat yang melakukan. H. Evaluasi a) Pengertian Evaluasi ialah langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari pada keperawatan tercapai atau tidak. b. Proses evaluasi 1. Evaluasi formatif Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi. 2. Evaluasi sumatif Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. c. Pendokumentasian Merupakan pencatatan dari proses keperawatan estela implementasi atau tindakan keperawatan, disini dapat diketahui apakah tujuan dari keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi dan catat dalam bentuk SOAP dimana : S : merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan berupa kalimat pernyataan klien dan keluarga. O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan pengamatan/observasi klien A : merupakan hasil analisa ulang dari DS dan DO dimana masih/tetap muncul masalah baru P : merupakan planning/perencanaan atau tindakan berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3.Jakarta : EGC. Cardenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Engram, Barbara, 2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC. Nurachman, Elly, 2001. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Tambayong, Jan, 2002. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar