Selasa, 13 Desember 2011

AKUT ABDOMEN

A. Pengertian
Akut abdomen merupakan keadaan gawat darurat yang tersering dalam bedah umum . Tetapi banyak kasus tidak memerlukan pembedahan dan mungkin di perburuk oleh laparotomy yang tidak tepat
( Peter C . Hayes , 1990 )

Akut abdomen merupakan istilah yang digunakan untuk gejala – gejala dan tanda – tanda dar nyeri abdomen dan nyeri tekan yang tidak spesifik tetapi sering terdapat pada penderita dengan keadaan intraabdominal akut yang berbahaya ( catastrophe )
( B.T, Cooper, 1999 )

Akut abdomen merupakan sebuah tegnologi yang menunjukan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhirdengan kematian bila tidak di tanggulangi dengan pembedahan
( WWW. Kalbe . co. id / Files / Cdk / Files / II Akut Abdomen pada Alat perencanaan orang dewasa. 2008 )

Akut abdomen adalah suatu kelainan non traumatic yang timbul mendadak dengan gejala utama di daerah abdomen dan memerlukan tindakan bedah segera
( http :/ Puskesmas palaran . Word press com / saran / 2008. )

Kesimpulan : Akut abdomen adalah keadaan gawat darurat dengan gejala
– gejala dan tanda – tanda dari nyeri abdomen dan nyeri
tekan yang tidak spesifik dan memerlukan tindakan segera.



B. Patofisiologi
1. Etiologi
Banyak kondisi yang menimbulkan akut abdomen . Secara garis besar keadaan tersebuut data di kelompokan dalam 4 hal, yaitu :
a. Proses perdangan bakteral – kimiawi
b. Obstruksi mekanis
c. Neoplasma / tumor
d. Kelainan vaskuler

2. Manifestasi klinis
a. Nyeri viseral
Nyeri visceral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ / struktur dalam rongga perut. Peritoneum visceral yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh system saraf otonom dan tidak pekak terhadap rabaan atau pematongan . Akan tetapi bila dilakukan regangan organ / terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia akan timbul nyeri . Nyeri visceral di sebut juga sebagai nyeri sentral
b. Nyeri Stomatik
Nyeri stomatik terjadi karena rangsangan organ / pada bagian yang di persarafi oleh saraf tepi , dan luka pada dindin perut . Nyeri dirasakan seperti di tusuk dengan jari . rangsangan yang menimbulkan nyeri ini berupa rabaan , tekanan rangsangn kimiawi / proses radang.
Gesekan antara visceral yang meradang menimbulkan rangsangan peritoneum menyebabkan nyeri . Peradangan sendiri maupun geseka antara kedua peritoneum menyebabakan perubahan intensitasi nyeri. Gerakan inilah yang menjelaskan nyeri kontrakteral pada appendiksitis akut.



c. Sifat nyeri
1) Nyeri alih
Terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari suatu daerah , misalnya nyeri kolesistitis akut nyeri dirasakan didaerah ujung belikat , pada abses dibawah diafragma / rangsangan Karena radang / trauma pada permukaan / limpa / hati juga dapat mengakibatkan nyeri di bahu.
2) Nyeri radiasi
Nyeri radiasi adalah nyeri yang menyebar didalam system / jalur anatomi yang sama . misalnya : kolik ureter / kolik pielum ginjal , biaasanya dirasakan sampai alat kelamin luar pada wanita / testis pada pria
3) Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi merupakan nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf
4) Hiperestesi
Hiperestesi / hiperalgesi sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada rongga di bawahnya . pada gawat perut tanda ini sering di temukan diperitonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri yang timbul pada pasien gawat abdomen dapat berupa nyeri yang terus menerus / nyeri yang bersifat kolik
5) Nyeri continyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus – menerus karena berlangsung terus , missal pada reaksi radang. Perdarahan di saluran cerna tidk menimbulkan nyeri.

6) Nyeri kolik
Nyeri kolik merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan bias disbabkan oleh hambatan pasase dalam rongga tersebut

7) Nyeri iskemik
Nyeri iskemik merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis , lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum karena reabsorbsitoksin dari jaringan nekrosis
8) Nyeri pindah
Kadang nyeri berpindah sesuai dengan perkembangan patologi , misalnya pada permulaan appendiksitis , sebelum radang mencapai permukaan peritoneum , nyeri visceral dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual . setelah radang terjadi di seluruh dinding peritoneum , terjadi nyeri akibat rangsangan nyeri peritoneum yang merupakan nyeri somatic . saat ini nyeri dirasakan tepat pada peritoneum yng meradang.
d. Mual
e. Muntah
f. Pucat
g. Biasanya bising usus melemah
h. Anoreksia















3. Perjalanan penyakit

Perubahan fisiologis



Appendiksitis , Peritonitis , kolelitiasis , Gastritis , perforasi
Dan kehamilan ektopik



Pola normal abdomen terganggu



Proses peradangan , obstruksi mekanis , neoplasma , / tumor
Kelainan vaskuler




Nyeri abdomen Kematian



Perubahan nutrisi Nyeri Resiko Infeksi




4. Komplikasi
Keadaan darurat pada akut abdomen jika tidk di tanggulangi dengan segera dapat menyebabkan kematian.

C. Pentalaksanaan medis
1. Tes diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) kultur darah urine dan feces : banyak kasus abdomen akut yang disertai dengan bakteremia atau septicemia ; kultur darah yang dilakukan sedini mungkin sering kali bermanfaat untuk penanganan kemudian
2) mengukur amylase serum , urea dan elektrolitdan pemeriksaan darah lengkap dan urinalis
b. pemeriksaan radiologis
1) Rongent thorak
Rongent thorak dilakukan untuk memperlihatkan pneumoperitonium yang sedikit dari foto abdomen tegak . diperlukan waktu minimal 10 menit pada posisi tagak untuk udara supaya terkumpul di bawah diafragma , hanya 75% perforasi menunjukan udara bebas . juga membantu untuk menyingkirkan kelainan patologis intra thorak sbagai penyebab nyeri.
2) Rongent abdomen
a) Foto terlentang : menunjukan caliber usus , distensi udara, perpindahan organ dan bayangan Psoas serta ginjal
b) Foto tegak : menunjukan batas cairan yang terjadi pada ; ileus paralitik , obstruksi intestinal , hipoklemi , uremi , thrombosis mesentrik , gastroenteritis , normal ( panjang kurang dari 2,5 cm )
c) Foto dekubitus lateral : menunjukan pneumoperitoneum pada penderita yang skit parah untuk mengembalikan foto tegak.
c. Ultrasound scanning
Meupakan indikasi untuk visualisasi kecurigaan terhadap penyakit saluran empedu , penyakit pancreas , abses dominal dan hepatitis , penentuan cairan bebas.

2. Terapi
a. Obati nyeri dengan analgetik yang tepat
b. Usahakan oksigenasi yang adekuat.
c. Perbaiki hipotensi dengan memperbaiki voume darah dalam sirkulasi , menggunakan " whole blood ". atasi hidrasi dengan kristoloid sesuai kebutuhan.
d. Hentikan muntah dengan aspirasi nasogastrik ( ileus hampir selalu terjadi pada abdomen akut ).

D. Pengkajian
Pada suatu penyakit bedah darurat anamnesia merupakan pemeriksaan yang sangat penting . Bahan – bahan utama yang dapat diperoleh melalui anamnesia yang memberikan informasi sangat berharga pada proses penegakan diagnosis adalah;
1. Lokasi nyeri
2. Radiasi perasaan nyeri
Kadang – kadang informasi mengenai cara penyebaran rasa nyeri ( radiasi perasaan nyeri ) dapat memberikan petunjuk mengenai asal – usul atau lokasi penyebab nyeri itu
3. Benuk rasa nyeri
Nyeri pada akut abdomen dapat berbentuk nyeri terus – menerus atau berupa kolik.
4. Perubahan fisiologi alat pencernaan
Nafsu makan, mual , muntah , defekasi teratur , mencret , abstipasi , perut kembung , serangan kolik , sudah berapa lama perubahan ini berlangsung.

5. Perubahan anatomi
a. Adanya benjlan neoplasma
b. Adanya luka akibat trauma
c. Adanya bekas operasi
d. Pemerikasaan fisik dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita untuk evaluasi keadaan.
e. System pernafasan , system kardiovaskuar dan system saraf yang merupakan system vital untuk kelangsungan kehidupan.
6. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Tanda – tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah : penderita kesakitan pernafasan dangkal karena nyeri di daerah abdomen , penderita pucat , keringat dingin , bekas – bekas trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda – tanda khusus , maka harus di lakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik.
b. Palpasi
1) Akut abdomen memberikan rangsangan pada peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritoneum secara local atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi.
2) Palpasi akan menunjukan 2 gejala :
a) Perasaan nyeri
b) Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pada peritonitis
c. Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukan 2 hal
1) Perasaan nyeri pada ketukan jari . ini disebut nyeri ketuk
2) Bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distgensi usus yang berisiskan gas pada ileus obstruksi rendah


d. Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi perangsangan peritoneum yang secara reflek akan mengakibatkan ileus paralitik.

E. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis , obstruksi / spasme duktus , proses inflamasi , iskemik jaringan / nekrosis
2. Nutrisi , perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrient , status hipermetabolik
3. Infeksi , resiko tinggi terhadap tidak adekuatnya pertahanan utama ; perforasi / rupture pada appendiks , peritonitis , pembentukan abses
4. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar )tentang kondisi , prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi , kurang mengingat

F. Perencanaan asuhan keperawatan
1. Diagnose I : nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis :
obstruksi / spasme duktus , proses inflamasi , iskemia
jaringan / nekrosis
Tujuan : melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
K. hasil : menunjukan penggunaan keterampilan relaksasi dan
aktivitas hiburan sesuiindikasi untuk situasi individual
Intervensi :
1. Mandiri
a. Observasi dan catat lokasi nyeri , beratnya (skala 0 – 10 )dan karakter nyeri ( menetap , hilang timbul , kolik )
Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan
memberikan informasi tenetang kemajuan /
perbaikan penyakit , terjadinya komplikasi , dan
keefektifan intervensi

b. Tingkatkan tirah baring , biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman
Rasional : tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan
tekanan intraabdomen


c. Dorong menggunakan teknik relaksasi
Rasional : meningkatkan istirahat , memusakan kembali
kembali perhatian , dapat meningkatkan koping
d. Catat respon terhadap obat , dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang
Rasional : nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin
dapat menunjukan terjadinya komplikasi /
kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut
2. Kolaborasi
a. Pertahankan status puasa , masukan / pertahankan pengisapan NGT sesuai indikasi
Rasional : membuang secret gaster yang merangsang
pengeluaran kolesistoksin dan kontraksi kandung
empedu
b. Berikan obat sesuai indikasi
1) Antikolinergik , contoh ; atropine , propentelin
Rasional : menghilangkan reflek spasme / kontraksi
otot halus dan membantu dalam
menajemen nyeri
2) Sedative , contih ; funeborbital
Rasional : meningkatkan istirahat dan merelaksasi
otot halus , menghilangkan nyeri
3) Narkotik , contoh ; meperidin hidroklorida
Rasional : memberikan penurunan nyeri hebat .
morfin digunakan dengan waspada karena
dapat meningkatkan spasme sfingteroddi ,
walaupun nitro gliserin dapat diberikan
untuk menurunkan spasme karena morfin
4) Antibiotic
Rasional : untuk mengobati proses infeksi
menurunkan inflamasi prosedur pilihan
ditentukan oleh situasi individu

2. Diagnose II : Nutrisi , perubahan , kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrient ,
status hipermetabolik
Tujuan : setelah di lakukan tindakan selama…x/24 jam
diharapkan nutrisi dapat terpanuhi
K. hasil : menunjukan berat badan stabil / peningkatan berat
badan sesuai sasaran dengan nilai leboratorium
normal dan tidak ada tanda malnutrisi
Intervensi :
1. Mandiri
a. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet
b. Dorong tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase sakit akut
Rasional : menurunkan kebutuhan metabolikuntuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energy
c. Anjurkan istirahat sebelum makan
Rasional : menenangkan peristaltic dan meningkatkan energy
untuk makanan
d. Barikan kebersihan oral
Rasional : mulut yang bbersih dapat meningkatkan rasa
Makan

e. sediakan makanan dalam ventilasi yang baik , lingkungan menyenangkan
Rasional : lingkungan yang menyenangkan menurunkan
strees dan lebih kondusif untuk makan
f. batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen , flatus
Rasional : mencegah serangan akut
2. kolaborasi
a. pertahankan puasa sesuai indikasi
Rasional : istirahatkan usus manurunkan peristaltic dan diare
dimana menyebabkan malabsobsi
b. mulai / tambahkan diet sesuai indikasi , missal : cairan jernih maju menjadi makanan yang dihancurkan , rendah sisa , kemudian protein tinggi kalori , dan rendah serat sesuai indikasi
Rasional : memungkinkan saluran usus untuk mematikan
kembal proses pencernaan . proten perlu untuk
penyembuhan integriitas jaringan , rendah serat
menurunkan respons peristaltic terhadap makan

3. Diagnose III : Infeksi , resiko tinggi terhadap tidak adekuatnya
pertahanan utama :perforasi / rupture pada
appendiks , peritonitis , pembentukan abses
Tujuan : setelah melakukan tindakan keperawatan
selama….x/24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi
K. hasil : meningkatkan penyembuhan luka dengan benar ,
bebas dari tanda infeksi / inflamasi drainase
purulen , eritema dan demam
Intervensi :
1. Mandiri
a. Awasi tanda vital , perhatikan adanya demam , menggigil , berkeringat , perubahan mental , meningkatnya nyeri abdomen
Rasional : dugaan adanya infeksi / terjadinya sepsis ,
peritonitis
b. Lakukan pencucian tangan yang baik dengan perawatan luka aseptic , berikan perawatan peripura
Rasional : menurinkan resiko penyebaran bakteri
c. Lihat insisi dan balutan . catat karakteristik drainase luka / drain , adanya eritema
Rasional : memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi
pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah
ada sebelumnya
d. Berikan informasi yang tepat jujur pada pasien / orang terdekat
Rasional : pengetahuan tantang kemajuan status pemberian /
memberikan dukungan emosi , membantu
menurunkan ansietas
2. Kolaborasi
a. Ambil contoh drainase bila diindikasikan
Rasional : kultur pewarna gram dan sensitivitasi berguna
untuk mengidentifikasikan organism penyebab dan
pemilihan terapi
b. Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasional : mungkin hanya diberikan secara profilaktik /
menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan
penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga ada
c. Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan
Rasional : dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses
Terlokalisir

3. Diagnose IV : kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang
kondisi prognosis , dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kesalahan interpretasi
informasi , kurang mengingat

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keerawatan
selama…x/24 jam diharapkan pengetahuan kurang
dapat teratasi

K. hasil : mengatakan pemahaman proses penyakit ,
pengobatan , mengidentifikasi situasi strees dan
tindakan kusus untuk menerimanya ,
berpartisipasi dalam program pengobatan ,
melakukan perubahan pola hidup tertentu
Intervensi :
1. Mandiri
a. Tentuka persepsi pasien tentang proses penyakit
Rasional : membuat pengetahuan dasar dan memberikan
kesadaran kebutuhan belajar individu
b. Kaji ulang proses penyakit , penyebab / efek hubungan factor yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan factor pendukung
Rasional : factor pencetus / pemberat individu , sehingga
kebutuhan pasien untuk waspada terhadap
makanan , cairan , dan factor pola hidupdan
mencetuskan gejala . pengetahuan dasar yang
akurat memberikan kesempatan pasien untuk
membuat keputusan informasi / pilihan tentang
masa depan dan kontrol penyakit kronis. Meskipun
kebanyakan pasien tahu tentang proses
penyakitnya sendiri , mereka dapat mengalami
informasi yang telah tertinggal atau salah konsep

c. Kaji ulang Obat , tujuan , frekuensi , dosis , dan kemungkinan efek samping
Rasional : meningkatkan pemahaman dan dapat
meningkatkan kera sama dalam program
d. Tekankan pentingnyaperawatan kulit , missal ; teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan perineal yang baik
Rasional : menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi
kulit / kerusakan , infeksi
e. Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi ulang periodic
Rasonal : pasien dengan inflamasi penyakit usus beresiko
untuk kanker kolon / rectal dan evaluasi diagnostic
teratur dapat diperlukan.

G. Implementasi
1. Pengertian
Inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
2. Tahap pelaksanaan
a. Uraikan persiapan terhadap keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan
1) Revew terhadap keperawaatan yang di identifikasi pada tahap perencanaan
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawaatan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi dan tindakan keperawatan yang mungkin timbul
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang di perlukan
5) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai tindakan
b. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan dan hasil dari tindakan tersebut dan waktu , nama , paraf.

H. Evaluasi
1. Pengertian
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana terjadi dari rencana keperawatan tercapai / tidak



2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi Formatif
Aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan kepearawatan , evaluasi proses harus dilakukansegera setelah perencanaan keperawaatan dilaksanakan untuk membentuk dan membantu keefektifan terhadap tindakan
b. Evaluasi Hasil
Perubahan perilaku / status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan secara sempurna
c. Dokumentasi
Perawat mendokumentasikan hal yang telah / belum dicapai pada " medical record " penggunaan istilah yang tepat perlu ditekankan pada penulisannya untuk menghindari salah persepsi penjelasan dalam menyusuri tindakan keperawatan lebih lanjut sudah tercapai / tidak evaluasi dicatat bentuk SOAP











DAFTAR PUSATAKA
COOPER , B.T . et.al. 1999 . Manual Gastroenterologi . Jakarta : Bina
rupa aksara
Doengoes E marlynn . et.el . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan .
Edisi3 . Jakarta : EGC
Hayes C. peter . et.el. 1990 . Gastroenterologidan Hepatologi . Jakarta :
Bina rupa aksara
Inayah . lin SKP . 2000 . Asuhan Keperawatan Pada klien dengan
Gangguan system pencernaan . Jakarta : Salemba medika
http : // WWW . Kalbe . co.id / Files / cdk / Files / II Akut Abdomen pada Alat Pencernaan Orang dewasa . pdf / II Akut Abdomen pada Alat Pencernaan Orang dewasa . html . / at " Monday 07 / april / 2008 10:39 Am
http : // Puskesmas palaran . Wordpress . com / saran / at Wednesday april 9 , 11:24 Am







feri juliansyah S1 keperawatan kesosi jakarta

asuhan keperawatan efusi pleura


LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURAL


A. Pengertian

Efusi pleural adalah Pengumpulan cairan dalam dalam ruang pleura (selaput yang menutupi permukaan paru-paru) yang terletak di antara permukaan visceral (selaput)dan parietal (dinding).
(Brunner and Suddarth edisi 8 volume 1,2001)

Efusi pleura adalah adalah Cairan yang terkumpuk dalam rongga pleura .
(Sylvia A.Price , 2006)
Efusi pleural adalah Terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum pleura
(Arief mansjoer 1999)

Efusi pleural adalah Cairan yang tertumpuk dalam rongga pleura.
(Dr. HendraLaksman, 2003)

Kesimpulan :
Efus pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.



Patofisiologi
1. Etiologi
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru.
Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
• Kadar protein darah yang rendah
• Sirosis
• Pneumonia
• Abses dibawah diafragma
• Artritis rematoid
• Pankreatitis
• Emboli paru
• Tumor
• Lupus eritematosus sistemik
• Pembedahan jantung
• Cedera di dada
• Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
• Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
• Efusi pleura dapat terjadi karena terjadinya inflamasi oleh bakteri atau tumor yang mengenai permukaann pleural juga dapat terjadi karena ketidak seimbangan tekanan hidrostatik dan osmotic.


2. Manifestasi klinis
Biasanya manifestasi klinisnya disebabkan oleh penyakit dasar (Peneumonia).
a.Demam
b. Mengigil
c. Nyeri dada pleuritis
d. Dispnea
e. Batuk
f. Sesak nafas
g. Bunyi nafas minimal
h. Egofoni akan terdengar diatas area efusi
i. Deviasi Trakea menjauhi tempat sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan .

3. Proses penyakit
TEKANAN HIDROSTATIK


Cairan masuk


Cairan tertimbun dalalm jaringan / Ruangan



Kongesti jantung (transudat) Abses paru/ kangker paru/TB paru
/Penumonia dll (elsudat)


Efusi pleura






4. Komplikasi
a. fibrosis paru :
1) Pleural Parietal
2) Pleura Viseral

5. Penatalaksanaan Medis
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan.

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor


3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

6. Analisa cairan pleura

7. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.

8.Pemerikasaan Laboratorium seperti:
Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri,Pewarnaan Gram,basil tahan asam(utuk tuberkolusis), hitung sel darah meram dan putih, Pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase [LDH], Protein), Analisis sitologi utuk sel Malignan dan pH.

2. Terapi
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidak nyamanan serta dispena, Terapi yang di berikan adalah :

Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.
Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).

Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut.

Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan.

Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.
Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
sJika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.

Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening.
Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.


D. Pengkajian

Adapun pengkajian yang di lakukan pada klien dengan efusi pleura adalah :
1.Aktifitas / istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktifitas ataupun istirahat

2. Sirkulasi
Tanda :
a. Takikardia
a. Frekuensi tak teratur/disritmia
b. Irama jantung gallop(gagal jantung sekunder terhadap efusi plura)
c. Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal (dengan tegangan penumotorak
d. Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukan udara dalam mediastinum)
e. Tekanan darah :Hipertensi/Hipotensi
f. Denyut Vena Jugularis

3. Integeritas ego
Tanda : Ketakutan, Gelisah

4. Makanan / Cairan
Tanda :Adanya pemasangan IV vena sentral/ Infus tekanan
5. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala (Tergantung
pada ukuran /
area yang
terlibat ) : a. Nyeri dada unilateral, meningkat karma pernafasan, batuk.
Timbul tiba- tiba gejala sementara batuk atau regangan (Peneumotorak spontan )
b. Tajam dan nyeri, menusuk yang di perberat oleh nafas dalam , kemungkinan ke leher,bahu, abdomen (efusi pleural)

Tanda :a. Berhati- hati pada area yang sakit
b.Prilaku distraksi
c. Mengkerutkan wajah

6. Pernafasan
Gejala :Kesulitan bernafas, Lapar nafas
a. Batuk (mungkin gejala yang ada)
b. Riwayat bedah dada/ Trauma; Penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), penyakit interstisial menyebar (sarkoidosi); Keganasan ( mis.obstruksi tumor) Peneumotoraks spontan sebelumnya; Ruptur empisematous bula spontan, bleb sub pleural (PPOM).

Tanda :Pernafasan :Peningkatan frekwensi/ takipnea
a. Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot aksesori pernafasan pada dada, leher; rektraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat .
b. Bunyi nafas menurun atau tak ada ( sisi yang terlibat)
c. Premitus menurun (sisi yang terlibat )
d. ferkusi dada :Hiperresonan di atas area terisi udara (penumotoraks , bunyi pekak diatas area yang terisi cairan (hemotoraks)
e. Observasi dan palpasi dada: Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kempes, penurunan pengembangan toraks ?(Area yang sakit).
f. Kulit:Pucat, sianosis, berkerigat ,resipitasi subkutan(udara pada jaringan dengan palpasi )
g. Mental :Ansietas ,gelisah, binggung,pingsan.
h. Pengunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi PEEP

7. Keamanan
Gejala :a. Adanya trauma dada
b. Radiasi / kemoterapiuntuk keganasan

8. Penyuluhan pembelajaran
Gejala :a. Riwayat factor resiko :Tuberkolusis, kangker .
b. Adanya bedah intratorakal / biobsi paru
c. Bukti kegagalan membaik

E. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (Akumulasi udara / cairan
Hasil yang diharapkan : Menunjukan pola pernafasan normal / efektif dengan GDA dalam rentang normal .Bebas sianosis, dan dispnea
Intervensi:
Mandiri :
1. Mengidentifikasi etiologi / factor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik.
2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan / pernapasan serak, dispnea, keluhan “lapar udara” terjadinya sianosis, perubahan tanda vital.
3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik. Catat perubahan tekanan udara.
4. Auskultasi bunyi nafas
5. Kaji pasien adanya nyeri tekan bila batuk,nafas dalam
6. Pertahan kan posisi nyaman ,biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik kesisi yang sakit.
7. Pertahankan perilaku tenang, Bantu pasien untuk “control diri” dengan menggunakan pernafasan lebih lambat / dalam
8. Bila terpasang selang dada: Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar (batas air, pengatur dinding, / meja disusun dengan tepat ).
9. Periksa batas cairan pada botol penghisap ;pertahankan pada batas yang ditentukan.

Kolaborasi :
1. Kaji seri foto torak
2. Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri .Kaji kapasitas vital/ pengukuran volume tidal.
3. Berikan oksigen tambahan melalui kanula/ masker sesui indikasi.

Rasional :
Mandiri :
1. Pemahaman penyebab kolaps perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terpeutik yang lain.
2. Disteres pernafasan dan perubahan pada tanda- tanda vital dapat terjadi karena stress foisiologis dan nyeri qatau dapat menunjukan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia/ perdarahan .
3. Kesulitan bernafas “dengan “ventilator” dan atau peningkatan tekanan jalan nafas diduga memburuknya kondisi / terjadinyan komplikasi .
4. Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru atau seluruh area paru ( unilateral). Area atelektasis tak ada bunyi nafas, dan sebagian area kolaps menurun bunyinya. Evaluasi juga dilakukan untuk area yang baik pertukaran gasnya dan memberikan data evaluasi perbaikan pleura.
5. Sokongan terhadap dada dan otot abnormal membuat batuk efektif/ mengurangi trauma.
6. Meningkatkan inspirasi maksimal ,meningkatkan ekspirasi paru dan ventilasi pada sisiyang tak sakit.
7. Membantu pasien mengalami efek fisiologi hipoksia yang dapat dimanifestasikan sabagai ansietas/ketakutan .
8. Mempertahankan tekanan negative intrapleural sesuai yang diberikan , yang meningkatkan ekspansi optimum dan drainase cairan.
9. Air botol penampung bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural,jika sumber penghisap diputuskan dan membantu dalam evaluasi apakah system drainase dada berfungsi dengan tepat.

Kolaborasi :
1. Mengawasi kemajuan perbaikan ekspirasi paru ,mengidentifikasi kesalahan posisi selang endotrakeal mempegaruhi inflasi paru .
2. Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi , perlu untuk kelanjutan atau gangguan dalam terapi
3. Alat dalam menurunkan kerja nafas; meningkatkan penghilangan distres respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksemia.

2. Resiko terhadap Trauma/ penghentian nafas b.d pemasangan alat dari luar(system drainase dada)
Hasil yang diharapkan :Mengenal kebutuhan / mencari bantuan untuk mencegah komplikasi.
Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji dengan pasien tujuan / fungsi unit drainase dada catat gambaran keamanan .
2. Pasangkan kateter toraks kedinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan atau mengubah posisi pasien :
• Amankan sisi sambungan selang
• Berbantalan pada sisi dengan kasa/ plester
3. Amankan unit drainase pada tempat tidur pasien atau pada sangkutan / tempat tertentu pada area dengan lalulintas rendah.
4. Awaasi sisi lubang pemasangan selang , cataat kondisi kulit, ,adanya /karaktristik drainase dari sekitar kateter. Ganti / pasang ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan .
5. Anjurkan klien untuk menghindari berbaring / menarik selang
6. Identifikasi perubahan / situasi yang harus dilaporkan pada perawat , contoh perubahan bunyi gelembung, lapar udara tiba- tiba nyeri dada , lepaskan alat.
7. Observasi tanda distress pernafasan bila kateter torak tercabut/ terlepas

Rasional :
1. Infoermasi tentang bagaimana system bekerja memberikan keyakinan , menurunkan ansietas npasien .
2. Mencegakh terlepasnya kateter dada atau selang terlipat dan menurunkan nyeri/ ketidak nyamanan sehubungan dengan penarikan atau pergerakan selang .

• Mencegah terlep[asnya selang
• Melindungi kulit dari iritasi/ tekanan
3. Mempertahankan posisi duduk tinggi dan menurunkan resiko kecelakaan jatuh/ unit pecah.
4. Memberikan pengenalan dini dan mengobati adanya erosi / infeksi kulit.
5. menurunkan resiko obstruksi drainase/ terlepasnya selang
6. intervensi tepat waktu dapat mencegah komplikasi serius.
7. Efusi pleura dapat terulang / memburuk , karena mempengaruhi fungsi pernafasan dan memerlukan intervensi darurat.

3. Resti terhadap kerusakan ,pertukaran gas b.d Penurunan permukaan efektif paru
Hasil yang diharapkan :
o Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarigan adekuat denga GDA dalam rentang normal.
o Bebas dasri gejala distres pernafasan
Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji dispnea ,takipnea tak normal / menurunya bunyi nafas, peningkatan ,terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan .
2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran . Catat sianosis dan / atau perubahan waran kulit , termasuk membrane mukosa dan kuku.
3. Tunjukan / dorong bernafas dengan bibir selama ekhalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
4. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan Bantu aktifitas perawatan diri sesuai keperluan .

Kolaborasi
1. Awasi seri GDA/ nadi osimetri
2. Berikan oksigen tambahan yang sesuai

Rasional
Mandiri :
1. Efusi pleura dapat menyebabkan efek luas pada paru, sehingga efek pernafasan dapat ringan sampai dispnea berat sampai disters pernafasan .
2. Pengaruh jalan nafas dapat menggangu oksigenasi organ vital dan jaringan
3. Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps/ penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan / menurunkan nafas pendek.
4. Menurunkan konsumsi oksigen / kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.

Kolaborasi :
1. Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan / atau saturasi atau peningkatan PacO2 menunjukan untuk intervensi / perubahan program terapi .
2. Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi / menurunya permukaan alveolar paru.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak kuat pertahanan utama (Trauma jaringan paru, Penurunan kerja silia, Stasis cairan tubuh..,Prosedur invasive,Penyakit kronis,Tidak kuat pertahanan sekunder(imun)
Hasil yang diharapkan :
• Menunjukan Pemahaman faktor resiko individu
• Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko infeksi
• Menunjukan teknik untuk meningkatkan lingkungan aman
Intervensi
Mandiri :
1. Catat Faktor resiko terjadinya infeksi Pastikan
2. Observasi warna /bau /Bau/Karakteristik cairan ,Catat drainase sekitar selang .
3. Turunkan faktor resiko nosolomial melalui cuci tangan yang tepat pada semua perawat, mempertahankan tehnik pengisapan steril
4. Dorong nafas dalam
5. Auskultasi bunyi nafas
6. Awasi / batasi pengunjung.Hindari kontak dengan infeksi saluran nafas atas
7. Anjurkan menyediakan wadah sekali pakai untuk mennampung sputum jika klien batuk berdahak
8. Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi.
9. Doerong perawatan diri / Aktifitas sampai batasan toleransi,Bantu dengan latihan bertahap
Kolaborasi :
1. Ambil kultur sputum sesuai indikasi
2. Berikan antimicrobial sesuai indikasi
Rasional
Mandiri :
1. Intubasi , ventilasi mekanik lama , ketidak mampuan umum , malnutrisi, usia ,dan prosedur invasive adalah factor dimana pasien potensial mengalami infeksi dan lama sembuh. Kesadaran akan factor resiko memberikan kesempatan untuk membatasi efeknya.
2. Kuning /hijau, sputum berbau purulen menunjukan infeksi; sputumkental, lengket diduga dehidrasi.
3. Faktor ini paling sederhanan tapi paling penting untuk mencegah infeksi di rumah sakit.
4. Memaksimalkan ekspansi paru
5. Adanya ronkhi/mengi diduga ada tahanan sekretyang perlu pengeluaran / pengisapan.
6. Individual telah dipengaruhi dan berada pada resiko tinggi mengalami infeksi
7. Menurunkan transmisi organisme melalui cairan
8. Membantu memperbaiki tahanan umum untuk memperbaiki tahanan umum untuk penyakit dan menurunkan resiko infeksi dan stasis sekret.
9. Memperbaiki kesehatan umum dan reganggan otot dan dapat merangsang perbaikan sistem imun.
Kolaborasi
1. Diperlukan untuk mengidentifikasi patogen dan antimikrobital yang tepat.
2. Satu atau lebih agen dapat digunakan tergantung pada identifikasi patogen bila infeksi terjadi.

5. Kurang pengetahuan b.d mengenai kondisi, aturan pengobatan
Hasil yang diharapkan :
 Menyatakan pemahaman penyebab masalah
 Mengidentifikasi tanda/ gejala yang memerlukan evaluasi medik
 Mengikuti program pengobatan dan menunjukan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah



Intervensi
Mandiri :
1. Kaji kempuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah kelemahan , tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat.
2. Identifikasi kemungkinan kambuh/ komplikasi jangka panjang.
3. Kaji ulang tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat contoh nyeri dada tiba- tiba, dispnea, distres pernafasan lanjut.
4. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, contoh nutrisi baik, istirahat, latihan.
5. Tekankan untuk tidak merokok dan minum alcohol

Rasional :
Mandiri :
1. Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik
2. Penyakit paru seperti PPOM berat dan keganasan dapat meningkatkan insidenkambuh
3. Berulangnya penumotoraks/ efusi pleura /TB paru memerlukan intervensi medik untuk mencegah/ menurunkan potensial komplikasi.
4. Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan
5. meskipun merokok tidak merangsang berulangnya efusi pleura tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan/bronchitis.


F. Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan mempasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain :


1. Persiapan : Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan
keperawatan, yaitu mengulang tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan yang kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari kesalahan tindakan.
2. Intervensi : Pelaksanaan tindakan keperawatan yang bertjuan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, adapun sifat tindakan keperawatan yaitu independen, interindependen,dan dependen.
3. Dokumentasi: Mendokumentasikan suatu proses keperawatan secara lengkap
dan akurat.

G. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi keperawatan.
a. Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawata dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b.Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif,
fleksibel dan efisien.














DAFTAR PUSTAKA

Arif , Mansjoer .2001.KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Edisi 3.Jakarta ; EGC

Dongoes, E.Marlyn ,dkk.1999.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN,PEDOMANUTUK PERAWATAN DAN PENDOKUMENTASIAN PERAWATAN PASIEN.Jakarta :EGC

Suddarth and Brunner.2001.KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Edisi 8.Jakarta ; EGC

Price A, Slivia ,dkk .2006.PATOFISIOLOGI .Edisi 6.Jakatra ; EGC