Sabtu, 17 Desember 2011

askep hidrosefalus

KATA PENGANTAR Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta atas rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KMB II “Anak” yang berjudul “HIDROSEFALUS” Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaiakan makalah ini kepada : 1. Ibu Yeni iswari.SKep selaku dosen pembimbing mata ajar KMB II “Anak” 2. Teman – teman mahasiswa/i yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini. 3. Orang tua kami yang telah memberikan doa serta dukungan yang sangat berarti Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala masukan dari para pembaca yang bersifat membangun, sehingga makalah ini dapat menjadi lebih sempurna dan dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Jakarta, 21 Maret 2009
A. Latar Belakang Sebelum dibahas lebih jauh mengenai Hidrosepalus maka lebih dulu harus difahami apa yang dimaksud dengan hidosepalus. Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. B. Ruang Lingkup Dalam penulisan makalah ini penulis hanya menbahas tentang perkembangan penyakit HIDROSEFALUS, definisi, etiologi,patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan medis sampai pada asuhan keperawatan. C. Tujuan 1. Tujuan Utama Agar mahasiswa/i dapat memenuhi tugas seminar mata ajar KMB II tentang anak dengan kasus hirosefalus dan agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang hidrosefalus 2. Tujuan Khusus a. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui tetang kelainan pada anak dengan kasus hidrosefalus . b. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui definisi dan penyebab hidrosepalus c. Agar mahasiswa/i dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit hidrosefalus D. Metode Penulisan Dalam pembuatan makalah ini kami mengggunakan metode penulisan study kepustakaan dan pengambilan data melalui internet dan beberapa sumber yang lain. E. Sistematika penulisan Adapun sistematika dalam penyusunan makalah ini akan kami uraikan secara garis besar ke dalam bab, antara lain: Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan (umum dan khusus). Ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II adalah tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar yang berisi anatomi fisiologi, pengertian, etioogi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis. Poin B: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan. Bab II adalah tinjauan kasus yang terdiri dari, pengkajian keperawatan, data fokus, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, evaluasi. Bab IV adalah pembahasan yang terdiri dari, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Bab V adalah penutup yang terdiri dari, kesimpulan dan saran. BAB II TINJAUAN TEORITIS I. Konsep Dasar 1. Anatomi Fisiologi Secara anatomi, di dalam ruang tengkorak, selain terdapat jaringan otak, juga terdapat struktur pembuluh darah dan cairan otak. Cairan otak terletak di dalam ruang khusus yang disebut sebagai ventrikel dan diproduksi oleh sel-sel dalam ventrikel yang dikenal sebagai pleksus khoroideus. Jumlah produksi cairan tersebut pada manusia adalah 0,35 mililiter (ml) setiap menit atau 500 ml sehari. Cairan itu secara teratur diproduksi dan mengalir dari ventrikel satu ke yang lain, ke luar di sekitar otak, rongga sumsum tulang belakang kemudian di serap ke pembuluh darah balik. Sirkulasi, produksi, dan penyerapan cairan otak pertama kali diteliti oleh Cotugno pada tahun 1764. Kedua, cairan otak sebagai buoyancy yang membuat otak terapung sehingga dapat mengurangi beban otak dari 1.400 gram menjadi 50 gram. Hal itu penting untuk mengurangi penekanan atau geseran dasar otak dengan permukaan dasar ruang tengkorak yang tidak rata. Berikutnya, cairan otak berfungsi seperti air kencing, yakni membuang produk sisa, termasuk obat-obatan yang berbahaya. Terakhir, cairan otak pula menjadi media transportasi hormon-hormon dan nutrisi yang diperlukan oleh sel-sel otak. 2. Definisi Hidrosefalus Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.(Buku keperawatan anak) Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal.(www.google.com) Keadaan patologis otak yg mengakibatkan bertambahnya LCS dg atau tanpa PTIK shg tdpt pelebaran ruangan tempat mengalirkan LCS (Staff Pengajar FKUI, 2002) 3. Patofisiologi a. Gangguan absorpsi CSS HIDROCEFALUS Obstruksi aliran CSS Produksi CSS berlebihan Dilatasi ruang CSS TIK meningkat Gangguan perfusi jaringan cerebral Perlekatan meningen Obstruksi ruang subarachnoid Risiko infeksi Darah Kepala membesar b. Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk didalam plexus khoroiideus yang berbentuk jumbai jaringan vaskuler dalam ventrikel. Pembentukan CSS terjadi secara konstan dan dalam keadaan normal berserkulasi bebas sepanjang lintasan dari ventrikel keempat sejumlah kecil megalir kedalam ruang subarachnoid direabsorpsi oelh vili arachnoid yang menonjol dari arachnoid meter kedalam sinus venosus pada berbagai titik berkumpul membentuk pool dimana yg terbesar adlah sisterna magna, terletak dibelakang medula dan diatas foramen magnum. Apabila terjadi gangguan absorpsi maupun obstruksi pada aliran maka cairan berlebihan didalam vetrikel dan dapat mendesak bagian lain. CSS (diproduksi oleh pleksus khoroid) Infeksi, neoplalsma, kelainan neoplasma, perdarahan Ventrikel S Obstruksi aliran CSS melalui Sistem ventrikel ubarachnoid Gangguan absrpsi CSS diruang subarachnoid Vili Arachnoid (Comunicting Hydosefalus) (Non Comiunicating Hidrosefalus) Akumulasi CS diventrikel V Resiko peningkatan TIK entrikel dilatasi dan menekan organ yg terdapat didalm otak Resiko Gangguan Integritas Kulit kepala Kepala membear 4. Etiologi Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi antara lain : a) Kelainan bawaan b) Infeksi c) Neoplasme d) Perdarahan 5. Menifestasi klinis Tanda klinis hidrosefalus adalah bervareasi tergantung pada banyak factor termasuk mulainya, sifat lesi yang memulainya obstruksi,dan lama serta kecepatan munculnya tekanan intera karnium. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak sendiri, yaitu bila tekanan yang meninggi ini terjadi sebelum sutura tengkorak menutup. Gejala tekanan intrakranial yang meninggi dapat berupa muntah, nyeri kepala dan pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema papil saraf. Kepala terlihat lebih besar dibandingkan dengan tubuh. Pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi hidrosefalus. Menurut peneliti Milrohat TH (1982), Paine RS (1967), dan Brett EM (1983), upaya pengukuran lingkar kepala secara serial dan teratur sangat penting dalam deteksi dini penyakit ini. Manifestasi klinis lain antara lain ialah , pembuluh darah di kulit kepala makin jelas, gangguan sensorik-motorik, gangguan penglihatan (buta), gerakkan bola mata terganggu (juling), terjadi penurunan aktivitas mental yang progresif, kejang, muntah-muntah, panas badan yang sulit dikendalikan, dan akhirnya gangguan pada fungsi vital akibat peninggian tekanan dalam ruang tengkorak yang berupa pernapasan lambat, denyut nadi turun dan naiknya tekanan darah sistolik. 6. Komplikasi 1. Komplikasi yang paling utama adalah inpeksi 2. Pada anak-anak ketidak mampuan perkembangan 3. Kelainan dalam fungsi memori 4. Lapang penglihatan dan atropi optic dengan pengurangan ketajaman akibat kenaikan tekanan intera karnial. 7. Pemeriksaan Diagnostik a. ( CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantui dalam memgidentifikasi kemungkinan penyebabnya( Neoplasma, kista,malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial ) b. EEG : untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolic c. Transluminasi : Untuk mengetahui apakah adanya kelainan dalam kepala d. MRI : ( Magnetik resonance imaging ) : memberi informasi mengenai stuktur otak tanpa kena radiasi 8. Penatalaksanaan medis a. Pasang pirau untuk mengeluarkan kelebihan CSS dari ventriel lateral ke bagiana ekstrakranial dimana kelebihan tersebut dapat direabsopsi b. Kerongga peritoneum pada bayi dan anak-anak (VP shunt) c. Katrium pada renaja (AP Shunt) BAB IV Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Keperawatan Anamnese I. Riwayat penyakit / keluhan utama Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer. II. Riwayat Perkembangan Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur. Keluhan sakit perut. III. Pemeriksaan Fisik  Inspeksi : Anak dapat melioha keatas atau tidak. Pembesaran kepala. Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.  Palpasi Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar. Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.  Pemeriksaan Mata Akomodasi. Gerakan bola mata. Luas lapang pandang Konvergensi. Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.  Observasi Tanda –tanda vital Didapatkan data – data sebagai berikut : Peningkatan sistole tekanan darah. Penurunan nadi / Bradicardia. Peningkatan frekwensi pernapasan. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Pre Operatif 1) . Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan Intrakranial . Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala membesar Tujuan ; Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang Intervensi : Jelaskan Penyebab nyeri. Atur posisi Klien Ajarkan tekhnik relaksasi Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik Persapiapan operasi. 2) Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi. Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya. Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi. Intervensi : Dorong orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat anaknya. Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya menghadapi operasi otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak. Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban dengan benar dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman. 3). Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta muntah. Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum. Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit. Intervensi : Kaji tanda – tanda kekurangan cairan Monitor Intake dan out put Berikan therapi cairan secara intavena. Atur jadwal pemberian cairan dan tetesan infus. Monitor tanda – tanda vital. b. Post – Operatif. 1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan shunt. Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri. Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang Intervensi : Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut. Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan dilakukan perlahan – lahan dengan interval yang telah ditentukan. Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt. Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt. Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat, dingin, berkeringat) Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya 2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat. Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan. Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil. Intervensi : Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein. Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan. Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak enak. Monitor therapi secara intravena. Timbang berta badan bila mungkin. Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene) Berikan makanan ringan diantara waktu makan. 3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt. Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi. Intervensi : Monitor terhadap tanda – tanda infeksi. Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh. Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt. 4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan imobilisasi. Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur. Intervensi : Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam. Obsevasi terhadap tanda – tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur. Jagalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur. Berikan latihan secara pasif dan perlahan – lahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar